Candi Borobudur
Candi Borobudur
Hm,
Candi Borobudur, sebuah mahakarya agung dan fenomenal karya leluhur
kita. Sebuah candi yang memonopoli semua candi yang ada di Indonesia
(coba tanya orang aja, mereka pasti tahunya cuma Candi Borobudur dan Candi Prambanan saja).
Bacpacker ke Candi Borobudur
Untuk
menuju ke Candi Borobudur, sangat mudah sekali karena banyak angkutan
menuju kesini. Karena saya berangkat dari Yogya, maka saya bahas yang
dari Yogyakarta saja.
> Ada
dua alternatif menuju Candi Borobudur, kita bisa naik bus mini dari
Terminal Giwangan Yogyakarta dengan tarif sekali jalan Rp 15.000,-
Alternatif lainnya, kita bisa naik dari Terminal Jombor dan akan
dikenakan tarif Rp 10.000,- Untuk menuju Terminal Jombor sendiri, kita
dapat naik Trans-Yogya senilai Rp 3.000,- dan jika ditotal, kita bisa
berhemat sampai Rp 2.000,- (lumayanlah, kalau kita rombongan 5 orang bisa hemat sampai Rp 10.000,-)
> Sebelum
sampai di Terminal Borobudur, kita tentunya akan melewati Candi Mendut
yang mempesona. Mampirlah ke candi ini jika sempat (ga maukan kalah sama
turis asing yang selalu mengunjungi candi ini selepas atau sebelum ke
Borobudur)
> Untuk
menuju Candi Borobudur dari Terminal Borobudur, kita dapat naik becak
atau dokar dengan tarif Rp 10.000 – Rp 15.000,- Lebih hematnya sih jalan
saja, karena jarak yang tak terlalu jauh (10 menit jalan kaki sudah
sampai)
> Biaya retribusi kala liburan Rp 17.500,- s/d Rp 22.500,- naik dari harga biasa. Kamera ditarik Rp 1.000,- (yang ini yang ga naik)
Candi
Borobudur terletak di Dusun Budur, Kecamatan Mungkid, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO yang
disahkan tahun 1991 dengan nomor 582 (semula bernomor 348).
Sejarah Candi Borobudur
Candi
Borobudur dibangun pada masa pemerintahan Raja Samaratungga dari Wangsa
Syailendra tahun 780 Masehi. Tahun 830 Masehi, atau lima puluh tahun
kemudian, Candi Borbudur baru selesai dibangun dan pemerintahan telah
dipegang Ratu Pramudawardhani, putri dari Raja Samaratungga.
Candi Borobudur memiliki 10 tingkat dan berbentuk punden berundak. Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Relief cerita disini disebut Kammawibhangga dan
memiliki 160 panel relief. Sayangnya, relief – relief ini tertutup batu
– batu yang digunakan untuk memperkuat konstruksi candi. Namun pada
bagian tenggara, batu – batu tersebut disingkarkan sehingga kita dapat
melihat reliefnya [sayangnya, saya tidak tahu akan hal ini waktu kesini,
padahal saya banyak bercerita tentang hal ini pada Miku Haruhi Hatsune
dan Rizky temanku].
Empat lantai diatasnya dengan dinding berelief disebut Rupadhatu,
yang berarti dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi
masih terikat oleh rupa dan bentuk. Lantai kelima hingga ketujuh
dindingnya tidak berelief dan disebut Arupadhatu yang berarti
tidak berupa atau tidak berwujud. Di tingkatan ini terdapat patung –
patung Buddha yang ditempatkan di dalam stupa yang berlubang.
Tingkatan
tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa
yang terbesar dan tertinggi. Mengenai stupa induk ini terdapat banyak
spekulasi tentangnya, terutama mengenai isinya. Perlu diketahui, bahwa
stupa induk ini berongga di dalamnya. Residen Kedu, Hartmann, ketika
mengadakan penelitian pada tahun 1835-1842 pernah terpergok oleh
penduduk sekitar membawa benda yang dibungkus oleh sapu tangan dan tidak
pernah melepaskannya. Kuat dugaan bahwa benda itu merupakan arca emas
dari Stupa induk. Ada juga yang mengatakan bahwa isinya merupakan arca
Buddha yang belum selesai (berdasarkan Serat Centhini yang ditulis
sebelum Hartmann datang untuk pertama kali ke Borobudur). Namun,
berdasarkan buku Raffles, History Of Java terdapat gambar irisan stupa
induk dalam keadaan kosong. Hal ini diperkuat dengan tidak
diketemukannya landasan (lapik) arca di dalam stupa induk. Jadi,
diantara ketiga hal diatas, manakah yang benar ??
Hal
menarik lainnya mengenai Candi Borobudur adalah spekulasi bahwa Candi
Borobudur dibangun ditengah – tengah danau (hal yang tidak mustahil,
sebab Stupa Sumberawan di Malang pada awalnya dibangun ditengah danau
kecil, namun karena terjadi pendangkalan, maka Stupa Sumberawan sekarang
berada di tepian danau). Helmy Murwanto, seorang geolog asli Muntilan,
melakukan penelitian atas lapisan tanah disekitar Borobudur dan
menemukan lempung dengan kandungan serbuk sari tanaman air. Darisinilah
dia berkesimpulan bahwa Danau Borobudur menggenangi kawasan ini pada
kurun 22.000 hingga 660 tahun silam. Sementara itu, Borobudur dibangun
oleh Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada sekitar 800-an Masehi atau
sekitar 1.200-an tahun lampau.
Dan
tentu saja, akan ada penyanggah akan hal diatas. Van Erp, insinyur
Belanda yang pernah memimpin pemugaran Candi Borobudur kurun 1907-1911,
mengatakan bahwa tak ada satupun prasasti yang mengatakan bahwa adanya
danau dikawasan Kedu. Namun, banyak arkeolog berpendapat bahwa Danau
Borobudur memang ada, namun jauh dimasa sebelum Candi Borobudur ada.
Misteri lainnya mengenai Candi Borobudur adalah mengenai bentuk dari puncak stupa induk. Semenjak diketemukan, stupa induk Candi Borobudur memang telah runtuh dan tidak diketemukannya batu penyusunnya membuat banyak arkeolog mereka – mereka mengenai bentuk sebenarnya. Dan misteri terakhir mengenai Candi Borobudur adalah tentang arsiteknya. Ya, arsitek bangunan fenomenal ini tak pernah ditemukan di dalam prasasti atau kitab – kitab kerajaan.
Candi Borobudur Kini
Candi Borobudur telah mengalami banyak sekali percobaan. Berkali – kali terkena letusan Gunung Merapi, gempa bumi hingga pernah dibom pada 21 Januari 1985 (hampir setahun semenjak pemugaran yang dibantu UNESCO selesai tahun 1984). Namun sekarang, ancaman terbesar Candi Borobudur adalah dari wisatawan sendiri.
Beberapa
penelitian menghasilakn kesimpulan bahwa Candi Borobudur kelebihan
beban dan terancam terbenam, maka pemerintah memutuskan melarang
pedagang asongan yang dulunya bisa bebas berkeliaran berjualan di dalam
candi untuk tidak berjualan lagi di areal dalam Candi Borobudur dan
menempatkan mereka di Pasar Borobudur yang terletak di jalan keluar
menuju tempat parkir.
Ancaman
lainnya adalah banyaknya pengunjung yang nekat naik ke beberapa stupa
berongga demi menyentuh beberapa bagian tubuh patung Buddha. Hal ini
membuat lapik arca dengan motif padma semakin aus atau rusak karena
tergesek alas kaki jutaan pengunjungnya selama puluhan tahun, bahkan
banyak juga orang yang nekat naik ke beberapa dinding candi yag berelief
demi mendapat foto yang bagus (padahal sudah banyak larangannya yang
ditulis dalam dua bahasa).
Berhubung
saya datang kesini tepat waktu liburan, maka saya mendapati harga tiket
Candi Borobudur yang naik gila – gilaan dan belum lagi candi yang macet
karena terlalu banyak pengunjung. Tapi tenang saja, Candi Borobudur
memiliki empat pintu masuk, jika pintu masuk utamanya macet, maka kita
bisa masuk lewat pintu yang lainnya. Walaupun berada di daratan tinggi,
ternyata kalau siang Candi Borobudur sangat panas menyengat, topi dan
jaket sangat diperlukan. Belum lagi saat siang sedikit hujan deras
mengguyur dan membuat rencana saya ke Candi Pawon dan Candi Mendut
batal.
Akhirnya, Dapet View Yang Ga Ada Orangnya :D
Hal
yang paling banyak dicerca mengenai Candi Borobudur adalah mengenai
kebersihannya. Banyak sekali sampah yang menggunung di luar pagar candi,
belum lagi toliet yang gelap dan kotor (kalah sama toilet utama di
Candi Prambanan – masalah toilet di Candi Borobudur ini juga sering
dibahas di beberapa media cetak). Hal tersebut tentu saja mendapat nilai
minus dimata wisatawan, apalagi Candi Borobudur adalah tempat wisata
bertaraf internasional. Semoga saja, jika ada kesempatan mengunjungi
candi ini untuk kesekian kalinya, hal – hal tersebut segera dibenahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar