Air Terjun Jumog
Air Terjun Jumog
Hm,
Air Terjun Jumog, The Lost Paradise. Terdengar seperti film Box Office
yang sangat menjanjikan. Nyatanya The Lost paradise bukan merupakan tagline sebuah film, namun merupakan tagline dari sebuah kawasan wisata di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
Bacpacker ke Air terjun Jumog
> Cukup
mudah jika ingin ke air terjun Jumog, apalagi banyak papan petunjuk
jalannya. Caranya sama dengan pergi ke Candi Sukuh. Berhubung angkutan
umum tak lewati air terjun ini, kita bisa turun di pertigaan nglorog dan
naik ojek ke tempat ini. Biaya sekali jalan Rp 5.000,- biaya yang sama
untuk menuju ke Candi Sukuh.
> Jika
memiliki waktu panjang, lebih baik menyempatkan juga ke Candi Sukuh dan
Candi Ceto dengan biaya Rp 50.000,- PP termasuk juga air terjun Jumog.
> Biaya retribusi Rp 3.000,-
Saya memang kepingin ke air terjun ini, maklum ga ada air terjun di kota, apalagi melihat gambar air terjunnya yang menjanjikan ketika browsing di internet. Maka jika waktu memungkinkan “harus” ke air terjun ini.
Jarak ke air terjun Jumog tak begitu jauh dari Candi Sukuh serta lebih dekat daripada Air Terjun Parang Ijo yang berada di utara Candi Sukuh. Namun, berhubung ke Candi Planggatan
lebih dahulu dan mas ojeknya mengiklankan Telaga Madirdo, maka kami
bertiga malah mengambil jalan berputar yang jauh untuk menuju air terjun
ini.
Lagi – lagi kami menjadi pengunjung yang pertama yang
datang ke air terjun Jumog, padahal masih jam sembilan pagi. Biaya
retribusi untuk masuk ke air terjun ini adalah Rp 3.000,- Ternyata, air
terjunnya berada di bawah dan kamipun harus turun ke bawah. Turunnya
lumayan jauh juga, namun tidak sejauh Grojogan Sewu. Ini berarti naiknya
melelahkan dan memakan waktu, padahal belum ke Candi Ceto.
Saat
turun menapaki anak tangga ini, bunyi gemuruh air terjun sudah
terdengar, tapi air terjunnya masih belum kelihatan. Setelah turun, ada
kolam renang dangkal dengan perosotan yang berjumlah banyak. Persotan
berwarna – warni ini pastinya menarik perhatian
anak kecil. Adikkupun terpesona olehnya. Karena tak ada waktu, langung
aja bergerak menuju air terjunnya yang ternyata masih harus berjalan
lumayan jauh dari anak tangga.
Air Terjun Jumog memiliki tinggi 60 meter, kalah 20 meter dari Grojogan Sewu dan arah terjunnya air
bercabang dua. Ada 2 jalan menuju air terjun. Jalan pertama becek dan
berada di bawah tebing. Jalan kedua agak panjang dan memutar serta
melewati beberapa jembatan. Ternyata jalan pertama pernah terkena
longsor bulan April lalu dan jalan kedua merupakan jalan alternatifnya
yang lebih bagus dan nyaman daripada jalan kedua.
Jalan
menuju air terjun sejalur dengan sungai kecil yang alirannya berasal
dari air terjun. Sungainya berair jernih, dangkal dan masih terdapat
beberapa batu alamnya. Seringkali jalannya bercabang menuju ke sungai
sehingga kita bisa bermain air disana tanpa takut tenggelam karenanya walaupun kita berada di tengah sungai :D.
Dari
kejauhan buih – buih air terjun sudah menerpa kita. Semakin mendekat,
semakin basah kita. Aliran air terjunnya memang deras. Hanya beberapa
menit berada di sekitar air terjun sudah mampu bikin pakaian basah !!
Lama
tak melihat air terjun secara langsung membuat kita bertiga terpana
karenanya. Apalagi daerah disekitar air terjun benar – benar masih
hijau, apalagi ada larangan menebang tanaman secara sembarangan.
Sayangnya,
satu – satunya hal menggangu adalah banyaknya sampah di bebatuan di
sekitar air terjun. Alangkah baiknya jika pengunjung mebuang sampah pada
tempatnya, apalagi banyak tempat sampah bertebaran di lokasi air
terjun. Gazebo – gazebo kecil di sepanjang jalan menambah daya tarik
sendiri karena kita bisa beristirahat sambil menikmati indahnya air
terjun dalam sudut pandang yang kita suka, walalupun gazebo di dekat air
terjun tidak dapat membuat kita merasa nyaman, karena gazebonya sendiri
seperti habis diguyur hujan tanpa hentinya !!
Puas
menikmati air terjun, jangan lewatkan masakan khas daerah pegunungan,
apalagi kalau bukan sate kelinci. Banyak sekali pedagang sate kelinci
ini, mulai dari pelataran parkir di atas, sampai warung - warung di
sepanjang jalan menuju air terjun. Kami memilih warung yang terdekat
dengan air terjun dan juga merupakan satu – satunya warung yang buka
pada hari itu [di pelataran parkir juga baru ada satu warung yang buka].
Sate Kelinci
Seporsi
sate kelinci berisi 10 tusuk sate dan lontong, harus ditebus seharga Rp
7.000,- bagi yang ga tega memakan hewan imut ini, maka dapat dipastikan
setiap pedagang sate kelinci pasti juga berjualan sate ayam. Harga sate
ayam dipatok lebih murah, yaitu senilai Rp 6.000,-
Entah
harus bilang seperti apa mengenai daging kelinci ini. Selain dagingnya
kecil, rasanya hampir mirip – mirip rasa daging ayam. Rasanya sangat
jauh dari apa yang orang – orang katakana. Atau mungkin lidahku aja yang
ga peka ?! Beda selera mungkin !!
Perut
kenyang dan sudah jam sepuluh pagi dan pasangan sejoli mulai
berdatangan kemari, itu saatnya mengakhiri wisata di air terjun Jumog.
Masalahnya adalah perjalanan kembali membuat kita harus menapaki ratusan
tangga kembali. Berhubung kasihan sama ibu dan adik, maka tas – tas
mereka yang berat saya bawakan. Tapi, sayalah yang tiba duluan di atas
dibanding mereka berdua !!
Melihat
ibu saya kecapaian, membuat bapak – bapak petugas ga tega. Jadinya
mereka mempersilahkan kami melewati “pintu ajaib” yang langsung menembus
pelataran parkir [untuk menuju pelataran parkir sebenarnya harus naik
lagi].
Air Terjun Jumog - The Lost Paradise
Tidak ada komentar:
Posting Komentar